Kesehatan Mental

Fandom : Antara Kesehatan Mental Dan Penyakit Patologis

Paket BTS Meal di McD bikin heboh, hampir semua media dan pakar marketing mengulas tentang hal itu. Saya dalam artikel ini tidak akan membahas aspek bisnis ataupun marketing dari kehebohan itu. Melainkan saya akan fokus pada satu kata yang menurut saya penting untuk kita bahas yaitu Fandom. Sebutan untuk kelompok orang yang mengidolakan sesuatu atau seseorang secara kuat. Fandom bisa mempengaruhi kesehatan mental seseorang.

Menurut saya ini berbahaya. Kalau kita lihat dari kacamata bisnis, Fandom jelas bisa menguntungkan perusahaan yang pandai memainkannya. BTS McD membuktikan hal itu. Tapi bagaimana dengan si anggota Fandom itu sendiri. Apakah Fandom itu baik untuk mereka? Nah setelah saya pelajari hasil riset-riset nya ternyata menjadi anggota Fandom itu justru bagus untuk kesehatan mental kita. Nah tuh kok bisa ya? Yuk kita cari tau jawabannya di artikel ini!

Kesehatan Mental
Kesehatan Mental

Memahami Fandom Dan Hubungannya Dengan Kesehatan Mental

Kita akan mulai Dengan memahami apa yang dimaksud dengan Fandom kemudian secara cepat mengulas aspek psikologis yang membentuk Fandom. Setelah itu kita akan mendiskusikan bagaimana Fandom bisa menjadi obat sekaligus racun untuk kesehatan mental kita. Fandom adalah subkultur yang dibangun oleh sekelompok penggemar yang dicirikan oleh perasaan empati dan persahabatan dengan orang lain yang memiliki minat yang sama.

Para penggemar itu tertarik pada objek Fandom mereka hingga ke detil-detil yang terkecil dan berpengaruh pada kesehatan mental. Kata “Fan” berasal dari kata latin fanaticus yang didefinisikan sebagai “insanely but divinely inspired” gila tapi terinspirasi secara Agung. Menurut peneliti Raison dan Branscomb, untuk dikategorikan sebagai bagian dari sebuah Fandom mereka memerlukan hubungan emosional, identifikasi diri dan pengeluaran energi dan uang pada objek Fandom mereka.

Baca Juga :  Halal Bihalal : Psikologi Cara Memaafkan Diri Sendiri Dan Orang Lain Beserta Manfaatnya

Jadi fanatisme terbentuk bukan hanya karena faktor suka atau tertarik akan karya ataupun sosok sang idola. Lebih dari itu ada ikatan batin yang tercipta antara objek atau idola Fandom dengan para penggemarnya. Itulah yang membedakan mereka dari orang-orang yang sekedar menyukai objek yang sama. Sebuah Fandom dapat tumbuh di sekitar area minat atau aktivitas manusia manapun. Misalnya seputar individu yang spesifik seperti selebriti atau mencakup seluruh hobi, kecintaan, genre atau bahkan mode tertentu.

Kesehatan Mental
Kesehatan Mental

Analogi Fandom Detektif Sherlock Holmes

Para penggemar dari cerita Detektif Sherlock Holmes secara luas dianggap sebagai Fandom modern yang pertama. Kekuatan film tersebut terlihat saat Arthur Conan Doyle sang penulis membunuh karakter Sherlock Holmes di tahun 1983. Saat Sherlock bertarung melawan musuh bebuyutannya Profesor Moriarty dalam kisah berjudul The Final Problem. Para fans menolak kematian sang pahlawan dan mereka pun turun ke jalan berdemonstrasi. Atas desakan para fans ini Sir Arthur Conan Doyle kemudian menghidupkan kembali karakter Sherlock Holmes.

Kesehatan Mental
Kesehatan Mental

Kejadian serupa terjadi di awal tahun ini ketika para fans garis keras dari sutradara Zack Snyder bisa memaksa Warner Bros merilis versi asli Justice League milik Zack Snyder di HBO Max. Fandom juga bisa menggerakkan ekonomi, para fans BTS yang tersebar di seluruh dunia dan dikenal dengan sebutan Army itu sangat loyal dan royal. Mereka enggak pakai mikir habiskan jutaan rupiah untuk menunjukkan kecintaan mereka pada para idolanya.

Kesehatan Mental
Kesehatan Mental

Kajian Psikologis Fandom

Edward R.Hirt dalam jurnal ilmiahnya berjudul Psychology of Fandom menyebutkan bahwa menjadi Fandom masuk dalam taksonomi kebutuhan dasar manusia dan berpengaruh pada kesehatan mental. Yaitu validation atau validasi, pleasure atau kenikmatan dan excitement atau kegembiraan. Menjadi fans adalah upaya untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan itu. Maka wajar jika Fandom banyak diisi oleh para remaja karena mereka adalah kelompok demografi yang paling sibuk mengejar validasi atas jatidiri dan juga kenikmatan dan kegembiraan.

Baca Juga :  Self Management Skills : Cara Mengatur Waktu Dengan Mudah

Fandom tidak selalu buruk bahkan Dr Laurel Steinberg psychotherapist dan Profesor psikologi di Columbia University meyakini bahwa menjadi anggota Fandom memiliki dampak positif yang sangat luar biasa untuk kesehatan mental, emosional dan sosial. Dalam interview oleh majalah Teen Vogue Profesor Steinberg berkata “merasa seperti bagian dari suatu kelompok dapat membantu seseorang menemukan identitas dirinya dan memberikannya tujuan hidup”.

Dia kemudian melanjutkan dengan mengatakan terhubung dengan orang-orang yang memiliki minat dan passion yang sama itu bagus untuk kesehatan mental dan emosional karena membantu menciptakan rasa aman seperti persaudaraan atau keluarga. Secara umum juga menyenangkan untuk bersemangat tentang sesuatu dengan orang lain dan memberi mereka topik untuk dibicarakan yang mereka tahu akan selalu diterima dengan baik.

Kesehatan Mental
Kesehatan Mental

Lisa Bahar seorang terapis yang memfokuskan diri pada remaja mengatakan “Saat pubertas remaja melalui masa dimana mereka membentuk identitas mereka di dunia”. Maka normal dan sehat bagi remaja untuk menyelaraskan diri dan terhubung dengan lebih banyak teman sebayanya daripada orang tua mereka, hal ini berepengaruh pada kesehatan mental mereka. Bahar menyebut proses ini dengan Identity versus Role Confusion atau Identitas versus kebingungan peran.

Bahar memberikan peringatan. Pastikan agar menjadi penggemar tidak berkembang menjadi obsesi. Obsesi itu meleburkan fiksi dengan kenyataan dan itu mengganggu kualitas hidup seseorang dan berpengaruh pada kesehatan mental seseorang. Studi yang dilakukan oleh Randy dan Lori A. Sansone berjudul “I’m Your Number One Fan-A Clinical Look at Celebrity Worship”. Mengukur tingkat pemujaan para remaja pada selebriti yang jadi idolanya. Skala yang mereka gunakan memiliki tiga level yaitu:

Level 1: Entertainment-social
Level 2: Intense-personal dan
Level 3: Borderline-pathologica
l

Baca Juga :  Cara Membuat Novel Untuk Pemula Dengan Mudah Beserta Contohnya

Hasil risetnya menyimpulkan bahwa remaja dengan tingkat pemujaan selebriti yang tinggi lebih cenderung memiliki kesehatan mental yang buruk serta gejala klinis depresi, kecemasan, dan disfungsi sosial. Mereka yang berada di ujung atas kontinum Ini kemungkinan besar terkait dengan sejumlah penyakit psikologis potensial.

Selain memiliki kecenderungan adiktif, kriminalitas, dan pembelian kompulsif mereka juga melakukan praktik Doxing yaitu menyerang pengguna media sosial yang telah mengungkapkan pendapat negatif tentang selebriti idola mereka. Sisi negatif dari Fandom ini bukan hanya buruk bagi si fans itu sendiri namun juga untuk si idola atau perusahaan yang bekerjasama dengan idola tersebut.

Demikian juga untuk brand yang produknya memiliki Fandom kehebohan paket BTS McD yang berujung pada penutupan beberapa gerai dan banjirnya keluhan di kanal-kanal media sosia dari McD bisa jadi backfire pada nama baik McD.

Kesehatan Mental
Kesehatan Mental

Pelajaran Yang Bisa Diambil

Kesimpulannya bermain dengan Fandom itu ibarat bermain dengan api. Kalau anda mampu mengontrol api itu dengan apik maka api itu bisa menghangatkan seisi rumah anda. Tapi ketika anda kehilangan kontrol maka api itu akan membakar rumah anda dan mempengaruhi kesehatan mental anda. Bagaimana menurut anda? Apakah Fandom itu baik atau lebih banyak mudharatnya dibandingkan kebaikannya?

Semoga artikel ini bermanfaat ya!