Daftar Isi
Zack Snyder’s Justice League jadi perbincangan. Film superhero berdurasi empat jam itu menohok sekaligus mengafirmasi sutradara kawakan Martin Scorsese. Yang mengatakan bahwa film Superhero itu bukan Cinema melainkan hanya hiburan audiovisual belaka. Melalui sajian visual dan cerita yang inovatif Zack Snyder mampu mengawinkan kedalaman Cinema dengan pertarungan Epik superhero yang menghibur.
Bagaimana Zack Snyder mampu melakukannya? Nah dalam artikel ini kita juga akan membahas perspektif psikologi konsumen terhadap dua genre film superhero. Justice League versi gelap ala Zack Snyder versus Avengers buatan Marvel yang terang benderang. Mana diantara keduanya yang akan bisa memenangkan hati dan dompet para penonton? Jawabannya ternyata bersembunyi di kedalaman relung-relung jiwa kita. Yuk kita cari tahu di artikel ini!
Sudut Pandang Zack Snyder’s Justice League
Martin Scorsese mengatakan bahwa film Superhero itu bukan cinema, melainkan sebuah tayangan hiburan belaka. Layaknya naik roller coaster di taman bermain. Saya setuju dengan scorsese karena ketika dia menyebut film superhero, dia sedang merujuk pada film superhero buatan Marvel. Film superhero populer yang banyak kita tonton dalam satu dekade ini yang berujung pada film epic. The Avengers Endgame adalah buatan Marvel.
Nah, berbeda dengan film-film populer tersebut, film superhero ala Zack Snyder sangat dalam mengeksplorasi psikologi manusia, filosofis, artistik, bahkan puitik. Zack snyder menyajikan sebuah inovasi yang indah pada dunia superhero yang hidup di semesta DC. Ditengah kejenuhan film-film superhero yang dangkal dan begitu gitu saja, mari kita lihat bagaimana Zack Snyder menyajikan kisah superheronya. Dan kenapa saya mengatakan bahwa Justice League versi nya adalah sebuah mahakarya.
Karakter Superhero Marvel VS DC Justice League
Ada tiga aspek yang akan kita kaji bersama yaitu karakterisasi, narasi visual, dan kedalaman cerita. Tapi sebelum sampai ke situ yuk kita pahami dulu perbedaan tokoh superhero yang hidup di semesta Marvel dan di semesta DC. Ini penting karena kita akan bahas film Justice League dengan membandingkannya dengan film superhero dari Marvel.
Kalau dalam semesta Marvel, para superhero itu adalah manusia biasa yang secara tidak sengaja mendapatkan kekuatan super. Sementara superhero utama di semesta DC sejak lahir sudah memiliki kekuatan super. Mereka adalah para dewa dan dewi juga metahumans. Batman adalah pengecualian ya! Cyborg itu adalah manusia yang kemudian berubah jadi Dewa teknologi.
Film superhero dari Marvel dibuat untuk membantu penonton keluar dari kejenuhan hidup yang biasa-biasa saja. Para tokoh superhero Marvel seperti Iron Man, Spiderman, Captain America mewakili hasrat kita untuk jadi lebih dari diri kita saat ini. Kita semua bermimpi jadi Tony Stark. Kaya, pintar, dan hebat. Sebagian kita yang minderan bermimpi jadi Peter Parker yang kecil-kecil bisa menyelamatkan dunia.
Kita yang mungkin merasa diremehkan ingin jadi Steve Rodgers yang tiba-tiba punya kekuatan super yang bisa dengan mudah menghabisi lawannya. Singkatnya film superhero dari Marvel adalah film Escapism, film pelarian. Sebuah media untuk kita lari dari kenyataan walaupun hanya sejenak. Pakem Escapism ini terbukti bisa menarik jutaan penonton datang ke gedung bioskop.
Zack Snyder Justice League berbanding terbalik dari film-film Marvel itu. Dalam filmnya Zack justru menggambarkan para dewa dan dewi yang rapuh. Kal-El atau Clark Kent alias Superman makhluk Krypton yang kekuatannya gak ada lawan itu justru tengah berjuang mencari tempatnya di dunia ini. Berharap diterima oleh penduduk bumi yang sebagian mendewakan dia. Namun sebagian lagi menghujat bahkan mengusirnya.
Diana Prince dewi Amazon yang memiliki darah Dewa Zeus menjauh dari dunia manusia. Dia apatis terhadap kebaikan manusia. Diana juga nggak bisa move on sejak ditinggal mati oleh pacarnya. Alih-alih mengajak penontonnya bermimpi. Zack justru membangunkan kita dari kehidupan fatamorgana.
Anda mungkin terlihat hebat dari luar tapi di dalam bisa jadi anda rapuh. Dibalik kemewahan dan pujian yang saat ini anda nikmati, bisa jadi anda justru merasa sendirian. Justice League versi Zack Snyder ini membuat kita nggak nyaman. Nggak ada yang suka dibangunkan dari mimpi yang indah. Apalagi diajukan pertanyaan yang membuat hati ini jadi gundah. Namun itulah yang justru membuat Justice League versi Zack Snyder ini layak menjadi mahakarya.
Film superhero mana lagi yang bisa menghadirkan dirinya sebagai cermin yang jujur untuk kita. Cinema adalah tentang pencerahan emosional spiritual dan estetika. Cinema adalah tentang karakter, kompleksitas manusia, dan sifat alaminya yang terkadang bertentangan dan paradoksial. Begitu kata Martin Scorsese Dalam tulisannya di the New York times.
Mahakarya Zack Snyder’s Justice League
Berbeda dengan film superhero buatan Marvel yang populis. Zack Snyder memperlakukan film superhero nya sebagai karya seni. Setiap frame gambar yang disajikan oleh film Zack adalah lukisan indah yang memiliki kedalaman pesan. Setiap gambar memancing sensasi emosional yang memperkuat pesan-pesan Zack pada penontonnya. Zack sering mengambil referensi seni sastra klasik serta simbolisme teologis dan filosofis untuk memperkuat pesan-pesan dalam filmnya.
Colins Sanders mengangkat hal ini dalam video essaynya atas film Zack yaitu Batman versus Superman. Lihat ketika adegan Batman hampir membunuh Superman. Ini mirip lukisan Saint Michael melawan iblis karya Rafael. Dalam adegan itu Batman percaya dia adalah pahlawan suci yang ingin memusnahkan iblis yang tengah mengancam umat manusia. Milton Paradise Lost yang digantung di ruang kerja Lex Luthor mewakili peran dia dalam kisah peperangan Epic yang diangkat Zack dalam filmnya itu.
Lihat juga adegan Lex ini yang persis seperti lukisan Napoleon the Conqueror. Pada adegan awal film yang menggambarkan dunia Bruce Wayne yang sedang runtuh karena kematian kedua orangtuanya, semua visual di layar jatuh. Bruce jatuh kedalam lubang, kalung mutiara jatuh, orang tua bruce jatuh, dedaunan jatuh, bahkan percikan api pun jatuh. Gambar-gambar indah itu diperkuat oleh skor musik yang juga jatuh. Nada-nadanya bergerak turun dari satu not ke not berikutnya.
Hingga kemudian ribuan kelelawar mengangkat Bruce keatas dan bersamaan dengan itu skor musiknya pun bergerak naik. Nada demi nada. Gambaran Bruce Wayne yang bangkit dari lubang ditarik kelelawar ini mengambil referensi dari Dante Paradiso. Level detail dan passion yang dihadirkan dalam film-film Zack Snyder ini pantas menjadikannya sebagai Maestro. Dan film-filmnya sebagai Mahakarya.
Beberapa orang mengeluhkan tone film yang gelap dan sendu. Berbeda dengan tone film superhero buatan Marvel. Jawabannya karena film ini adalah tentang hari akhir, Judgement Day dan juga Armageddon. Selain itu melalui filmnya ini Zack mengajak kita untuk refleksi bukan cuma sekedar terhibur. Maka wajar jika tonenya gelap dan sendu.
Makna Film Justice League Bagi Penontonnya
Menurut saya film Justice League Ini bukan tentang pertempuran para superhero melawan supervillain bernama Steppenwolf. Karena terus terang di akhir film enggak kelihatan susah kok bagi para superhero kita ini untuk bisa mengalahkan Steppenwolf. Wajarlah mereka akan Dewa dan Dewi. Darkseid saja bisa kalah 5000 tahun sebelumnya.
Pertempuran yang sesungguhnya terjadi pada diri superhero itu sendiri. Batman bertempur melawan amarah dan berupaya menebus kesalahannya. Wonder Woman berjuang membuka dirinya kembali untuk umat manusia. Cyborg berjuang untuk menerima tubuhnya yang telah diubah oleh ayahnya menjadi robot. Aquaman berjuang menemukan jati dirinya yang separuh manusia biasa dan separuh raja Atlantis. Flash berjuang untuk mencari teman dan membuat bangga ayahnya yang tengah dipenjara.
Dan ketika mereka mulai memaafkan diri sendiri, menerima takdir mereka, bersedia merendahkan hati untuk menjadi bagian dari tim, serta menemukan sebuah tujuan bersama yang agung. Maka tidak ada kegelapan yang bisa mengalahkan mereka. Tidak Steppenwolf tidak juga Darkseid nantinya. Satu hal lagi yang menarik adalah bagaimana Zack Snyder menempatkan peran manusia ditengah pertempuran para dewa dewi. Apakah manusia jadi permainan para dewa atau justru sebaliknya manusialah yang mempermainkan para dewa.
Justice League menyajikan yang kedua. Manusia bernama Lex Luthor lah yang memicu peperangan antar Dewa. Dialah yang membangunkan Doomsday membuat Superman terbunuh hingga akhirnya membangunkan Mother Boxes dari tidurnya yang kemudian memancing datangnya Steppenwolf ke bumi. Singkatnya manusialah yang mendatangkan Armageddonnya sendiri. Untungnya manusia juga yang tampil sebagai penyelamat. Bruce Wayne adalah manusia pahlawan yang bisa menyatukan dan menggerakkan para dewa untuk menghentikan Armageddon hadir dimuka bumi ini.
Apa itu seni? Colin Sanders menjawab “seni mempertanyakan kebenaran yang kita pikir kita tahu”. Ia mengajukan pertanyaan bukan jawaban, ia menggoyang kita, mengajak kita melihat dari perspektif yang berbeda. “Seni tidak menyembunyikan dunia dari kita, ia menunjukkan sisi terbaik dan terburuk dari kehidupan dan juga dari diri kita sendiri.” Dengan definisi seni seperti itu saya mantap mengatakan bahwa Zack Snyder Justice League adalah sebuah mahakarya seni kembali pada pertanyaan di awal artikel.
Kesimpulan Yang Bisa Diambil
Film superhero mana ya yang akan lebih bisa memenangkan hati dan dompet para penonton? satu hal yang pasti film superhero buatan Zack Snyder itu bukan film sejuta umat. Film superhero versi Marvel jelas akan lebih mampu menarik jumlah penonton lebih banyak. Karena memang kita butuh hiburan bukan perenungan. Kita perlu keluar dari kejenuhan hidup yang biasa saja ini. Maka jelas lebih menjual mimpi daripada kenyataan.
Namun untuk anda yang mengapresiasi film bukan hanya sebagai media hiburan, namun juga seni yang bisa mengisi relung-relung jiwa kita. Maka Zack Snyder Justice League adalah film yang wajib anda tonton. Ketika kebanyakan dari kita terlena dengan mimpi harus ada orang yang hadir mengingatkan. Orang yang berani berbeda dan menjadi cermin yang jujur. Walaupun resikonya jadi tidak populer. Melalui Justice League versinya Zack mengambil peran itu.
Sayangnya Zack hidup dalam dunia dimana uang mendikte segalanya. Bagaimana menurut anda apakah kita perlu lebih banyak film bergaya Marvel atau film Justice League bergaya Zack Snyder? Dan Apa alasannya?
Semoga artikel ini bermanfaat ya!