Daftar Isi
Setelah peluncuran game The Witcher 3, CD Projekt Red sebuah game developer kecil dari Polandia naik daun menjadi salah satu pengembang game yang sangat dikagumi. Namun sayang, empat tahun kemudian CD Projekt terjatuh dan jadi bulan-bulanan karena rusaknya game terbaru mereka yaitu Cyberpunk 2077. Apa sih penyebabnya? Ternyata kali ini bukan karena kesombongan atau mandeknya inovasi, ada jenis racun lain yang merusak CD Projekt dari dalam. Racun yang telah merusak banyak perusahaan dan jangan-jangan tanpa kita sadari kita turut meminumnya juga. Apa racun itu dan apa pelajarannya untuk kita? Yuk kita cari tahu di artikel berikut.
Sejarah CD Projekt
Ayo kita akan mulai dengan melihat bagaimana CD Projekt tumbuh dari perusahaan kecil yang tidak diperhitungkan hingga menjadi perusahaan pengembang game yang disegani. Kemudian kita akan kaji apa racun yang membuat Cyberpunk 2077 game CD Projekt yang paling diantisipasi dalam satu dekade ini hancur berantakan. Dan terakhir kita akan bahas tiga pelajaran penting yang bisa kita ambil dari kisah ironis ini.
Asal Usul CD Projekt
CD Projekt didirikan oleh Marcin Iwinski & Michal Kicinski pada tahun 1994 di Warsaw ibukota Polandia. Sesuai namanya, CD Projekt menjalankan bisnis jualan CD game pada awal-awal berdirinya. Kemudian di tahun 2002 CD Projekt membentuk studio pengembangan game yang diberi nama CD Projekt Red atau seringkali disingkat menjadi CDPR. Setelah melalui berbagai tantangan terutama karena para founder CDPR itu belum punya pengalaman membuat game sebelumnya, maka di tahun 2007 meluncurlah sebuah game pertama mereka dengan nama The Witcher yang dibuat berdasarkan novel karangan Andrzej Sapkowski.
Game tersebut mendapatkan tanggapan yang cukup memuaskan dari pasar dan kemudian di tahun 2012 CDPR merilis The Witcher 2 Assassins of Kings yang mendapat tanggapan sangat positif dan terjual 1,7 juta kopi. Keberhasilan itu memberikan kepercayaan diri pada CDPR untuk membuat game terbaik mereka yaitu seri berikutnya dari The Witcher. Mereka benar-benar all out dalam proses pengembangan game ini. Dari membangun game engine yang baru untuk mengakomodir design open-world nya, hingga memoles grafik serta membangun jalinan cerita yang dalam.
Setelah tiga setengah tahun pengembangan dengan 1 tahun full kerja lembur gila-gilaan atau sering disebut dengan crunch, maka pada tahun 2015 CDPR meluncurkan The Witcher 3 Wild Hunt yang sangat sukses di pasar. The Witcher 3 terjual 28 juta kopi di seluruh dunia dan mendapatkan 250 awards atas kualitas gamenya yang fantastis.
CDPR Naik Daun
Kesuksesan The Witcher 3 melambungkan nama CDPR sebagai salah satu pengembang game terbaik dunia disejajarkan dengan pengembang game yang sudah terlebih dulu menguasai jagat per game-an seperti Naughty Dog dan Rockstar. CDPR menjadi perusahaan kebanggaan warga Polandia. Bahkan saat Presiden Barack Obama mengunjungi Polandia, Perdana Menteri Polandia Donald Tusk saat itu memberi Obama game The Witcher sebagai kenang-kenangan.
The Witcher kemudian berkembang menjadi franchise yang menambah pundi-pundi keuntungan CDPR. Mulai dari game, novel, permainan kartu hingga serial TV yang diproduksi dan ditayangkan oleh Netflix. Dalam waktu singkat CDPR menjadi the most valuable video game company di Eropa di tahun 2020, bahkan mengalahkan pengembang game asal Prancis yang berdiri lebih dulu yaitu Ubisoft.
CDPR juga dikenal sebagai pengembang game yang ramah pada gamers, tidak seperti pengembang game lain seperti Electronic Arts misalnya yang dibenci gamers karena memeras isi dompet gamers dengan paid downloadable content dan beragam microtransaction yang membuat gamers bisa pay to win. Model bisnis CDPR itu simple, kamu beli gamenya kamu dapat semuanya, no hidden fees.
Ambisi Tinggi CDPR
Kesuksesan The Witcher 3 mendongkrak CDPR setinggi langit. CDPR ingin mengembangkan game paling sophisticated dan paling kompleks berjudul Cyberpunk 2077 berdasarkan game table top karya Michael Allen. Konsep game dan desain dari dunia Cyberpunk 2077 itu membuat kehebatan Witcher 3 jadi enggak kelihatan ada apa-apanya. Di Januari 2013 CDPR merilis teaser Cyberpunk 2077 yang pertama. Teaser ini langsung memicu excitement dikalangan fans dan gamers. Investor juga gak mau ketinggalan, logikanya sederhana kalau Witchers III saja bisa untung besar, apalagi game ini.
Pada perhelatan E3 tahun 2018, CDPR mengundang media dan game review untuk melihat demo gameplay cyberpunk 2077. Demo yang berlangsung selama 45 menit itu langsung bikin heboh. Belum pernah ada game yang sehebat apa yang mereka saksikan dalam demo itu. Excitement para fans membuncah dan memicu hipe atas game paling fenomenal sepanjang masa. Ironisnya mereka enggak tahu bahwa demo gameplay yang mereka saksikan itu ternyata palsu. Karena realitanya hingga saat itu para developer game Cyberpunk 2077 belum berhasil menciptakan game seperti yang ditampilkan saat demo.
Kepalsuan itu mencerminkan apa yang terjadi di balik layar hingar bingar Cyberpunk 2077. Kepalsuan yang menggulung menjadi bola salju yang kemudian merusak nama baik CDPR. Memang apa sih yang terjadi di balik layar?
Pengembangan Game Cyberpunk 2077 Oleh CDPR
Desain game Cyberpunk 2077 berbeda sekali dari Witcher 3. Karena settingnya di dunia yang berbeda maka aset-aset The Witcher tidak bisa dipakai ulang di Cyberpunk. Selain itu Witcher adalah game third-person sementara cyberpunk adalah game first-person. Karenanya tim developer terpaksa harus merevisi atau bahkan membuat game engine yang baru. Nah, kondisi itu membuat tim game design harus kejar-kejaran dengan tim pengembang game engine. Ibaratnya kereta api harus bisa jalan disaat yang sama rel keretanya lagi dibangun.
Di tengah keribetan itu Adam Badowski Head of Studio CDPR mengambil alih peran proyek Leader Cyberpunk. Dia meminta tim developer untuk melakukan revisi mayor pada game yang tengah mereka buat. Dia ingin gamenya jadi lebih besar, lebih sophisticated dengan fitur-fitur baru yang lebih kompleks. Para anggota tim developer senior tidak setuju karena itu berarti banyak pengerjaan ulang.
Adam didukung oleh top eksekutif lainnya tetap bersikeras dengan keinginannya itu, akhirnya banyak developer senior yang hengkang dari CDPR dan mereka yang masih bertahan semakin khawatir akan kemampuan tim dalam menyelesaikan game yang semakin kompleks itu. Seolah beban kerja tim developer itu belum cukup berat, top eksekutif CDPR menuntut agar tim membuat game cyberpunk dapat dimainkan di semua format yaitu di PC, current game console, dan next gen console. Tujuannya adalah untuk memuaskan para investor karena dengan begitu mereka akan mampu menjual lebih banyak game ke pasar.
Akhirnya para developer dipaksa kerja lembur, istilahnya crunch. Dimana developer kerja sepanjang waktu, 16 jam sehari enam hingga tujuh hari seminggu. Bahkan beberapa developer bercerita bahwa mereka tidak pulang hingga berbulan-bulan lamanya. Kondisi fisik dan mental dari tim drop, akibatnya bukan kerjaannya cepat selesai namun mereka justru banyak membuat kesalahan. Situasi diperparah dengan hadirnya pandemi COVID-19 dimana semua anggota tim diminta untuk kerja dari rumah. Mereka jadi kehilangan akses pada teknologi kunci yang ada di kantor. Mereka juga kesulitan dalam mengkoordinir pekerjaan mereka sehingga komunikasi terhambat, progres kerja menghambat, masalah meningkat.
Membangun Impresi Positif Untuk Pasar
Sementara itu para top eksekutif CDPR fokus pada membuat impresi positif di pasar. Mereka kan harus jaga nama baiknya CDPR yang lagi melambung lambungnya. Juga harus terus memuaskan harapan para fans dan investor pada game yang sudah kadung jadi hipe di dunia gaming. Itulah sebabnya Kenapa mereka meminta tim developer untuk mengalokasikan waktu berbulan-bulan untuk membuat demo gameplay Cyberpunk 2077 yang ternyata palsu itu. Mereka ingin terus menghidupkan hipe nya, mereka harus membuat ekspektasi terhadap Cyberpunk 2077 itu terus positif dimata market. Kenapa? Supaya harga saham CDPR terus meninggi. Nah CDPR semakin menggenjot upaya marketing dari gamenya walaupun dirinya sendiri sebenarnya masih jauh dari siap.
Puncaknya ada pada perhelatan E3 tahun 2019, CDPR menggelar event promosi Cyberpunk 2077 yang memukau dengan menghadirkan Keanu Reeves secara live di atas panggung. Hari itu Keanu yang memainkan salah satu karakter kunci dalam game Cyberpunk secara resmi mengumumkan tanggal rilis gamenya yaitu 16 April 2020. Semua fans yang menyaksikan menjerit bahagia, sementara tim developer yang mendengar menjerit kaget sambil bengong. Ternyata tim marketing tidak koordinasi terlebih dahulu terkait penentuan tanggal rilis gamenya.
Menurut tim developer tanggal rilis yang paling realistis itu bukan 2020 tapi 2022. CDPR menghabiskan biaya 209 juta US Dollar untuk marketing, hampir dua kali lipat dari biaya pengembangan gamenya sendiri yaitu 121 juta US Dollar. Para developer mengeluh seandainya sumberdaya itu digunakan untuk pengembangan game maka banyak masalah bisa terhindar dan mereka akan benar-benar punya game yang terbaik sepanjang masa. Tapi setiap kali top eksekutif itu dihadapkan pada masalah pengembangan jawaban mereka tuh hampir selalu:
“Nanti juga bisa sendiri. Buktinya dulu kita bisa saat buat The Witcher 3. Jadi semuanya akan baik-baik saja.”
Walaupun begitu strategi marketing CDPR yang agresif itu kelihatannya berhasil, Cyberpunk 2077 menjadi game paling dinantikan pada saat itu dengan lebih dari 100 penghargaan E3 2018 bahkan sebelum gamenya dirilis. Cyberpunk menerima 8 juta pre-order yang menurut CDPR sudah bisa menutupi biaya pembuatan dan pemasaran dari cyber punk itu sendiri.
Peluncuran Cyberpunk 2077 Oleh CDPR
Karena belum siap rilis game, Cyberpunk akhirnya diundur ke 17 September kemudian diundur lagi ke 19 November hingga akhirnya dirilis di 10 Desember 2020. CDPR pun memaksakan merilis game nya di PS4 dan Xbox One selain PC dan Google Stadia. Alasan pemaksaan itu adalah karena CDPR tidak ingin melewatkan musim liburan akhir tahun, selain itu pengunduran yang lebih lama lagi akan berdampak negatif pada harga saham. Event peluncuran Cyberpunk 2077 yang telah dinanti nanti itu berubah menjadi sebuah bencana bagi CDPR. Banyaknya bug dalam game khususnya pada versi PS4 dan Xbox One membuat game nya hampir tidak bisa dimainkan menurut para fans. The New York Times menyebut peluncuran Cyberpunk 2077 sebagai salah satu bencana paling mencolok dalam sejarah industri game.
CD Projekt Red gagal memenuhi harapan untuk apa yang diantisipasi sebagai rilis game terbesar di tahun itu. Sebagian komentator bahkan menyebut CDPR telah Fall from Grace, jatuh dari keagungannya. Sony bahkan menarik Cyberpunk dari PlayStation Store dan menawarkan pelanggannya untuk refund. Microsoft masih sempat menjual Cyberpunk 2077 di Microsoft Store tapi dengan warning untuk calon pembeli. Kemudian Microsoft mengikuti jejak Sony untuk menawarkan refund bagi pelanggan yang kecewa dengan gamenya. CD Projekt dituntut oleh para investor atas kurangnya transparansi dan pengelolaan yang buruk.
Saham CDPR terjun bebas dari hot stock menjadi yang terburuk di Eropa. Namun demikian bukan berarti Cyberpunk gagal secara komersial. CDPR mengumumkan berhasil menjual 13 juta unit senilai 700 juta US Dollar dalam 10 hari penjualan pertamanya. Hal itu lumayan mendongkrak nilai saham CDPR, namun nama baik sudah kadung rusak. CDPR harus bekerja keras untuk memperbaiki citranya. Berita baiknya adalah manajemen CDPR menyadari kesalahan mereka.
Dalam video resmi yang dirilis perusahaan, Marcin Iwinski Co-Founder CDPR menyampaikan permohonan maafnya. Dia membela para developer berbakat yang telah bekerja keras menciptakan game Cyberpunk dan mengambil tanggung jawab penuh atas semua masalah yang terjadi dalam pengembangan dan peluncuran Cyberpunk. Semoga kerendahan hati untuk mengaku salah ini akan jadi titik tolak kebangkitan kembali CDPR.
Pelajaran Yang Bisa Diambil Dari Cyberpunk 2077
Ada tiga pelajaran penting yang saya temukan di sini.
- The need to impress is poisonous
Kebutuhan untuk mengesankan orang lain adalah racun. Pujian bertubi-tubi pada management CDPR atas kesuksesan The Witcher 3 memicu kebutuhan untuk terus memberikan impresi untuk mengesankan para fans, reviewers dan juga investor. Semakin tinggi pujiannya semakin tinggi pula kebutuhan untuk membangun impresi yang lebih. Bahkan ketika kenyataannya berkata lain. Sebagai ilustrasi, ketika seseorang tiba-tiba usahanya berhasil sehingga mendadak kaya raya. Orang-orang akan memuji dan mengagung-agungkan dia. Dia jadi simbol kesuksesan, jadi impian banyak orang.
Nah, dia akan berjuang mati-matian untuk menjaga citra yang sudah terbentuk itu. Selain menikmatinya dia juga tidak mau mengecewakan mereka yang sudah mengagungkannya kan? Walaupun kemudian ketika usahanya jatuh dan dipenuhi masalah dia tetap harus menjaga citranya. Dia akan hutang sana sini untuk mempertahankan gaya hidupnya agar terus dipandang sebagai orang kaya yang sukses. Hingga suatu saat kebohongan itu terkuak. Rumah kartu yang disusunnya akan runtuh.
- Don’t bet on luck. Work on it
Jangan bertaruh pada keberuntungan. Kerjakan dengan sungguh-sungguh. Tidak ada yang salah dengan ambisi yang tinggi. Yang salah adalah menggantungkan ambisi tinggi itu pada keberhasilan masa lalu. Karena formula sukses yang membawa anda untuk berhasil hari ini tidak bisa membawa anda untuk berhasil pada tingkatan yang lebih tinggi. Anda harus go the extra mile, bahkan harus menciptakan ulang diri anda sendiri dan juga tim anda bahkan. Tidak mudah jelas ya. Tapi itulah harga yang harus dibayar untuk bermain di level atau tingkatan yang lebih tinggi.
- Top-down connection is crucial
Hubungan atas bawah sangat krusial. Organisasi yang baik itu seperti satu tubuh, ada mata yang melihat kedepan dan otak yang memerintahkan tangan dan kaki untuk bergerak maju. Ketika tangan memberitahukan pada otak atas bara api yang disentuhnya dan kaki atas duri yang diinjaknya maka otak harus segera merespon dengan cepat. Lepaskan bara itu, ganti haluan. Sayangnya banyak top management yang nggak connect dengan tim operasional dilapangan. Maka semuanya jadi berantakan, semua jadi korban dengan yang dibawah berkorban paling besar.
Itulah tiga pelajaran yang saya temukan. Apa pelajaran lainnya Anda dapati dari kisah Cyberpunk 2077 ini?
Semoga artikel ini bermanfaat ya!