Facebook Metaverse

Facebook Metaverse: Peluang atau Ancaman?

Metaverse jadi bahan pembicaraan gara-gara Facebook mengubah nama perusahaannya menjadi meta dan mengumumkan akan menggelontorkan dana 10 Miliar US Dollar atau setara 140 Triliun Rupiah di tahun ini untuk membangun Facebook Metaverse. Apa sih metaverse itu dan bagaimana metaverse akan mengubah cara kita bersosialisasi bekerja dan menjalankan bisnis? Apa Sisi baik dan buruk dari metaverse dan bagaimana perusahaan-perusahaan sebaiknya merespon hadirnya metaverse ini? Oh ya Tahukah ada ada perusahaan Indonesia yang juga Tengah membangun metaverse. Yuk kita cari tahu di artikel ini.

Facebook Metaverse
Facebook Metaverse

Facebook Metaverse Mark Zuckerberg

Satu hal penting dulu ya Metaverse itu sekarang ini sebenarnya belum ada. Metaverse itu baru ada dalam imajinasi para pengusaha visioner seperti Mark Zuckerberg dan teman-temannya yang membangun Facebook Metaverse. Metaverse jika nanti benar-benar terwujud akan berpotensi mengubah cara kita menjalani hidup. Bersosialisasi, bekerja, berbisnis dan semua hal lainnya termasuk bagaimana kapitalisme bekerja.

Bagi perusahaan, metaverse membuka kemungkinan tanpa batas untuk mengeruk beragam keuntungan dengan cara-cara yang sebelumnya tidak terbayangkan. Bagi para pelaku industri kreatif khususnya bidang digital design dan gaming ini adalah tanah harapan yang terbuka lebar untuk anda. Nah kita akan bahas semua itu sebentar lagi sekarang kita bahas dulu apa itu metaverse.

Facebook Metaverse
Facebook Metaverse

Mengenal Metaverse dan Facebook Metaverse

Seorang pencetus dan penulis Metaverse primer mendefinisikan Metaverse sebagai jaringan luas dari dunia virtual tiga dimensi yang bekerja secara real-time dan persisten. Selain itu juga mendukung kesinambungan identitas, objek, sejarah pembayaran dan hak yang mana dunia itu dialami secara serempak oleh jumlah pengguna yang tidak terbatas. Mungkin definisi Facebook Metaverse dari Facebook ini lebih mudah dipahami.

Metaverse adalah seperangkat ruang virtual yang anda dapat kita akan dan jelajahi dengan orang lain yang tidak berada di ruang fisik yang sama dengan anda. Anda pasti pernah menonton film Ready Player One yang dibuat oleh Steven Spielberg? Ya itulah metaverse. Belum nonton juga? Oke, tahu game Fortnite yang populer itu? no Oke Roblox? Anda pasti tahu dong ya. Anak-anak itu tidak berhentinya memainkan permainan online itu.

Metaverse itu seperti Roblox dimana anda memainkan sebuah avatar yang anda ciptakan untuk hidup dan berinteraksi dengan avatar lain dalam sebuah dunia virtual. Tapi bedanya alih-alih anda dengan melihat layar gadget anda. Metaverse dimainkan dengan menggunakan perangkat VR yang membuat anda benar-benar merasa ada di dalam dunia virtual tersebut.

Facebook Metaverse
Facebook Metaverse

Perbedaan yang lain dengan Roblox adalah ya jika tampilan dan design dunia Roblox itu sangat sederhana, metaverse akan bisa menghadirkan dunia tiga dimensi yang menyerupai dunia yang sebenarnya, bahkan bisa lebih baik lagi. Saya berikan perumpamaan yang lebih konkrit bayangkan seandainya tiba-tiba ditemukan sebuah planet baru yang tidak jauh dari bumi.

Keindahan yang bisa kita temukan di planet itu hanya bisa dibatasi oleh daya imajinasi kita saja. Dan semua manusia siapapun mereka bisa tinggal di planet itu. Maka perusahaan-perusahaan besar seperti Facebook berlomba-lomba untuk menguasai lahan sebanyak-banyaknya di dunia yang baru ditemukan itu. Dan di atas lahan itu mereka membangun kota impian dimana siapapun bisa menjadi apapun yang dia inginkan. Bisa melakukan hal-hal yang mereka tidak bisa lakukan di bumi. Bermitra dengan banyak perusahaan pengembang, mereka membangun berbagai fasilitas umum. Ada Mall, ada perkantoran, tempat rekreasi, sekolah dan kemudian menjual lapak-lapak tanah, rumah, apartemen dan juga ruang perkantoran.

Baca Juga :  Microsoft Mesh, bukan Meta, Siapakah Yang Akan Menguasai Metaverse?

Mereka hadirkan teknologi termutakhir dan konsep dunia yang begitu memukau. Semuanya dalam rangka memikat sebanyak mungkin orang untuk mau tinggal di kota impian yang mereka ciptakan. Nah, metaverse kurang lebih seperti itu. Hanya bedanya planet dan kota-kotanya bersifat virtual berada di alam maya yang bisa kita akses melalui perangkat VR.

Walaupun maya, pengalaman yang anda alami di dalam dunia virtual itu bersifat Real Time dan permanen. Sama dengan kehidupan kita saat ini. Semua yang biasa kita lakukan dalam dunia nyata bisa kita lakukan di sana, bahkan lebih. Termasuk berbisnis dan berkarir untuk mencari uang.

Di Facebook Metaverse anda bisa membeli tanah, rumah, baju, mobil, ataupun karya seni digital dan mendapatkan sertifikat kepemilikan yang sah atas aset-aset digital itu. Aset atau barang itu akan selalu ada dan tetap akan jadi milik anda selama anda tidak menjualnya ke orang lain. Jika barang anda itu banyak orang lain yang berminat untuk membelinya. Maka harga barang anda itu bisa jadi tinggi nilainya di pasar. Itulah yang akan dituju oleh Facebook Metaverse.

Facebook Metaverse
Facebook Metaverse

Ekonomi Digital Metaverse

Kenapa Facebook begitu nafsu membangun Facebook Metaverse? Sebagian karena Facebook Metaverse itu sebuah gagasan yang keren. Sebagian lagi karena metaverse akan menjadi lahan baru yang tidak terbatas untuk menghasilkan uang sebanyak-banyaknya. Sam Purifoy seorang PHD berusia 27 tahun dari Colombia University meninggalkan pekerjaannya di Goldman Sachs untuk mengejar peruntungan dengan bermain video game bernama Axie. Sebuah permainan online berbasis Blockchain yang menggunakan uang Crypto sebagai alat tukar. Untuk ikut bermain anda harus membeli tiga buah monster yang disebut Axie seharga 500 US dollar. Kemudian Axis ini akan diadu dengan Axie milik pemain lainnya dengan model pertarungan seperti permainan Pokemon.

Nah pemenang akan mendapatkan small love Potions yang bisa digunakan untuk mengembangbiakkan Axie. Semakin sering menang, maka semakin banyak Axie yang berhasil dilahirkan. Nah Axie-axie baru ini bisa digunakan untuk dipertandingkan lagi sehingga bisa mendapatkan lebih banyak small love potion atau bisa juga dijual pada pemain lain seharga kurang lebih 150 US dollar per Axis nya. Nah inilah letak ekonominya.

Facebook Metaverse
Facebook Metaverse

Dengan modal 500 US dollar kita bisa berternak banyak Axie dan dijual dengan keuntungan yang berlipat ganda. Orang-orang seperti Purifoy ini tentu cerdas. Mereka ingin mencetak sebanyak mungkin uang sementara tahu keterbatasan dirinya. Maka mereka mulai mempekerjakan pemain lain yang tidak mempunyai modal untuk bermain atas nama mereka. Selain itu mereka juga memberikan modal kepada pemain lain dengan imbalan bagi hasil atas setiap kemenangan yang mereka dapatkan.

Dengan begitu jumlah kekayaan yang bisa dikumpulkan Purifoy menjadi tidak terbatas. Nah inilah ekonomi metaverse. Dalam dunia yang tidak terbatas kekayaan pun menjadi tidak terbatas. Dalam Metaverse anda dapat membeli atau menyewa tanah membangun apapun di atasnya dan mendapatkan uang darinya. Anda bisa membuat museum virtual dan menarik biaya dari setiap pengunjung yang datang.

Atau Anda juga bisa membangun Mall dan menarik komisi dari setiap penjualan yang terjadi di dalam Mall virtual anda. Bahkan anda bisa memasang Billboard di dinding bangunan anda dan menyewakannya pada brand yang ingin beriklan. Pertanyaannya kan memang ada yang mau? Jawabannya ada! Sangat ada dan itu sekarang sudah terjadi. Coba bayangkan ya Ketika nanti miliaran manusia sudah memenuhi metaverse layaknya Facebook Metaverse yang sekarang ini juga berisi hampir 3 miliar orang. Maka harga tanah yang anda miliki di metaverse itu pasti akan melambung tinggi.

Baca Juga :  Strategi Dibalik Penutupan Giant Hypermarket dan Matahari Department Store

Dan Billboard yang ada pasang di dinding Mall virtual anda akan jadi rebutan brand-brand besar. Cuan semua itu isinya. Anda seorang arsitek? Anda juga bisa menjual layanan mendesain rumah virtual di metaverse kemudian kerjasama dengan seorang programmer untuk membangunkan rumah itu untuk klien anda. Atau anda ingin jadi Elon Musk? Bisa! Anda bisa bangun pabrik mobil di dalam metaverse kemudian menjual mobil-mobil digital itu kepada penduduk yang ada di situ. Kalau anda misalnya produsen mobil di dunia nyata, anda bisa membuat versi digital dari mobil anda itu kemudian menjualnya di metaverse. Teknologi NFT yang dilekatkan pada setiap aset digital di metaverse memastikan bahwa aset itu unik milik anda. Memiliki nilai dan dapat diperjualbelikan.

Facebook Metaverse
Facebook Metaverse

Kelebihan Dari Sistem Ekonomi Kapitalis dan Evolusi Kapitalisme

Siapa yang akan mendapatkan keuntungan paling besar di metaverse ini? Jawabannya jelas ya para tuan tanah dan pengusaha yang masuk paling awal. Seperti mereka yang beli Bitcoin 10 tahun yang lalu sekarang kaya raya. Dan ketika metaverse sudah semakin umum dan pemain-pemain baru semakin banyak memenuhi kota maka ketimpangan ekonomi akan terjadi. Ratusan ribu orang akan berusaha membuka bisnis di sana dan para tuan tanah pun akan menetapkan harga sewa lapak yang bisa jadi nggak masuk akal.


Jutaan pencari kerja berharap bisa menjadi karyawan di perusahaan milik Purifoy dan teman-temannya. Sementara lowongan kerja terbatas, demand jauh melampaui supply. Para pencari kerja terpaksa menerima tawaran dengan gaji rendah. Para partner dipaksa ikhlas menerima bagi hasil yang nggak seberapa. Yang kaya semakin kaya,yang miskin terima saja. Siapa yang paling diuntungkan dari semua itu? Tentu saja dia yang membangun dunia itu. Sang Alfa yang memungkinkan semua itu terjadi a.k.a Facebook. Dan seperti ungkapan yang sering diucapkan di sebuah Kasino.

“The house always win”

Kapitalisme telah bekerja dengan sempurna. Dalam sebuah komunitas yang dikelola oleh pemimpin yang adil maka aturan main akan dibuat untuk membangun kemaslahatan bersama yang dapat meningkatkan kesejahteraan semua anggota komunitasnya. Sayangnya Facebook seperti perusahaan-perusahaan lainnya adalah mesin kapitalisme. Tujuannya cuma satu, mengeruk keuntungan sebesar-besarnya untuk para pemegang saham.

Maka aturan main akan selalu berpihak pada tuan tanah, bukan pada warga. Tentu saja ya mereka cerdas memainkannya, aturan dibuat dan disajikan sedemikian rupa sehingga terlihat memihak warga. Para pemain bisnis semakin kesini semakin jago melakukan itu. Mereka pandai memainkan ego kita. Memancing hasrat, menawarkan kesenangan yang sulit kita dapatkan dalam dunia nyata. Tanpa sadar kita pun menyerahkan uang kita. Tidak sekali tapi berkali-kali. Bahkan kita titipkan dompet kita pada mereka. Mempersilahkan mereka untuk mengambil isinya secara rutin agar mereka terus memuaskan dahaga syahwat kita.

Mungkin saya terlalu berlebihan ya menggambarkan jeratan kapitalisme yang bisa terjadi dalam metaverse. Nah, supaya berimbang yuk kita lihat metaverse dari sudut pandang yang berbeda. Bagi sebagian orang metaverse merupakan sebuah libertarian Utopia yang memungkinkan setiap orang dapat bertindak dan melakukan aktivitas ekonomi tanpa adanya intervensi dan manipulasi dari pemerintah. Mereka melihat metaverse yang kemungkinan besar akan berjalan diatas teknologi blogchain dan mata uang kripto akan bisa menghadirkan pasar bebas atau free market yang sebenar-benarnya. Semuanya kembali pada mekanisme pasar yang murni. Hal itu mereka yakini akan memberikan keadilan yang sejati untuk semua pelaku ekonomi. David Cameron mantan Perdana Menteri Inggris pernah berkata.

“Saya percaya bahwa pasar terbuka dan perusahaan bebas adalah kekuatan terbaik yang dapat dibayangkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Mereka adalah mesin kemajuan menghasilkan usaha dan inovasi yang mengangkat orang keluar dari kemiskinan dan memberi orang kesempatan. Ketika bekerja dengan baik, pasar terbuka dan perusahaan bebas benar-benar dapat mempromosikan moralitas.”

Dalam perspektif libertarian, Facebook Metaverse akan mendorong perdagangan bebas dimana persaingan yang adil akan tercipta. Semua orang diperlakukan sama dan hanya produk berkualitas tinggi yang bisa menang di sana. Sama hal nya dengan Facebook Metaverse.

Facebook Metaverse
Facebook Metaverse

Mencari Peluang Dari Tanah Harapan

Siapapun termasuk perusahaan-perusahaan kecil bisa menjadi tuan tanah di dunia baru ini jika mereka masuk lebih awal dan memposisikan dirinya dengan baik. Sama seperti dulu ketika para pengusaha dari negara-negara maju berlayar mengeksplorasi lautan hingga menemukan benua baru. Mereka kemudian menguasai lahan-lahan yang ada di sana. Mereka pun menjadi kaya raya padahal di negara aslinya mereka bisa jadi bukan siapa-siapa.

Maka perusahaan-perusahaan yang punya visi besar seperti Facebook Metaverse pastinya akan mencoba masuk lebih dulu agar bisa menguasai lahan yang paling besar dan menjadi penguasa di dunia baru itu. Itulah yang membuat Facebook berani investasi besar-besaran ke dalam pembangunan metaverse ini karena disitulah masa depan dari kapitalisme.

Multiverse perlu waktu yang tidak sebentar sebelum benar-benar menjadi kenyataan. Namun tidak sedikit lho perusahaan yang sudah mulai curi start agar nantinya bisa mendulang keuntungan didunia yang baru itu. Salah satunya adalah WIR Group, perusahaan asli Indonesia yang dikomandoi oleh Michael Budi. Saat ini WIR group bekerjasama dengan perusahaan Singapura MyRepublic untuk menciptakan berbagai ruang virtual dari pasar hingga museum beserta avatar untuk digunakan para user dalam beraksi dan bertransaksi di metaverse seperti halnya Facebook Metaverse.

Facebook Metaverse
Facebook Metaverse

Kesimpulan

Sesungguhnya kita nggak perlu menunggu hingga metaverse mewujud jadi kenyataan. Saat ini pun kita sudah melihat anak kita lebih banyak menghabiskan waktu bermain di dunia virtual dengan teman-temannya dari berbagai negara dibandingkan bermain dengan anak tetangga di komplek rumah. Bahkan bukan cuma hanya itu, sebagian dari kita pun merasa lebih senang hidup di linimasa media sosial daripada di dalam kehidupan nyata kita sehari-hari. Melihat itu kayaknya metaverse akan datang lebih cepat ya dari yang kita duga melihat Facebook Metaverse yang dilakukan oleh Facebook.

Ironisnya selagi dunia bergerak cepat menuju masa depan seperti yang dilakukan Facebook Metaverse, masih banyak perusahaan yang hidup di masa lalu. Mereka terus meyakinkan diri mereka sendiri bahwa bisnis mereka akan baik-baik saja dan di akhir tahun seperti ini mereka sedang sibuk menyusun rencana masa depan berdasarkan data historis masa lalu. Mereka ngotot menyelenggarakan Rakernasnya secara offline karena bahkan setelah hampir dua tahun mereka masih enggak merasa nyaman menggunakan Zoom .Dan topik diskusi yang paling futuristik dalam pertemuan itu adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan produk kita?:)

Mudah-mudahan artikel ini bermanfaat ya!