mobil listrik

Era Mobil Listrik : Transformasi Besar Industri Otomotif

Lebih dari 14 negara dan 20 kota akan melarang penjualan mobil berbahan bakar fosil atau saya sebut dengan mobil konvensional. Norwegia menetapkan pelarangan itu mulai 2025 ini, Inggris mulai 2030, Kanada mulai 2035, demikian juga Jepang dan China. Singapura akan mulai pelarangan itu di tahun 2040 dan Denmark bahkan lebih sadis lagi, bukan cuma sekedar melarang penjualan tetapi juga melarang penggunaan mobil konvensional mulai 2035 digantikan dengan mobil listrik.

Pertanyaannya sejauh mana sih produsen mobil konvensional saat ini siap menghadapi itu? Seberapa mampu mereka bersaing melawan para produsen mobil elektrik seperti Tesla? Dan apa yang menghambat mereka? Dan yang paling penting apa pembelajaran yang kita bisa dapat dari proses transformasi industri yang masif dan fenomenal ini? Yuk kita cari tahu di artikel ini.

Mobil listrik Tesla

Proses Reformasi Industri Dari Perspektif Produsen Mobil Listrik

Kita bahas proses reformasi industri otomotif ini melalui perspektif produsen mobil listrik dan juga produsen mobil konvensional. Kemudian kita akan bahas kendala-kendala mereka hingga mengulas alternatif solusinya.

Para produsen mobil elektrik jelas menjadi yang paling diuntungkan dengan kebijakan karbon netral yang berujung pada pelarangan penjualan mobil konvensional. Jika disebut produsen mobil listrik biasanya yang muncul di benak kita kan Tesla ya. Walaupun sebenarnya Tesla jelas tidak sendirian. The Wall Street journal membuat daftar 11 startup produsen mobil listrik potensial yang tengah membayang bayangi Tesla. Diantaranya ada Revian, Lordstown, Fisker Lucid dan Canoo yang mana telah mendapat suntikan dana lebih dari 10 miliar US Dollar dari investor.

Para startup mobil ini sesungguhnya tidak berkompetisi satu sama lain, karena mereka menyasar segmen pasar yang berbeda dengan menawarkan jenis kendaraan yang berbeda. Walaupun demikian ada satu kesamaan yang mereka miliki yaitu mereka semua belum menjual mobil satu pun juga. Maka sulit mengatakan bahwa mereka itu pesaingnya Tesla. Yang patut menjadi pesaing berat Tesla adalah produsen electric car asal China. Dengan dukungan penuh pemerintah sepertinya setiap hari ada saja ya perusahaan electric car yang lahir di China. Dan diantara sekian banyak perusahaan itu yang saat ini tengah dapat sorotan dari pengamat maupun investor otomotif dunia adalah Nio.

Mobil listrik Nio

Kisah Nio ini mirip dengan Tesla, setelah bertahun-tahun penuh masalah dan bahkan hampir bangkrut Nio kini menjadi perusahaan otomotif paling bernilai nomor empat di dunia. Nio unggul bukan hanya dari teknologi mesinnya saja melainkan juga dari aspek software karena sama seperti Elon Musk, Founder Nio William Lee memiliki latar belakang pengembang software. Setiap mobil Nio dilengkapi Smart Assisten bernama Nomi yang bisa diperintahkan untuk membuka jendela, menaikkan suhu, memutar musik, hingga mengambil foto selfie.

Nio juga memiliki opsi pembelian mobil tanpa baterai sehingga dapat menurunkan harga jual secara signifikan. Baterai memang merupakan komponen yang paling mahal dari sebuah electric car. Pembeli kemudian bisa menyewa baterai yang bisa di tukar sewaktu-waktu jika sudah habis dayanya di stasiun penukaran baterai yang tersebar diberbagai tempat di China sana.

Perkembangan industri mobil listrik di China ini tidak lepas dari dukungan total pemerintahnya. China memiliki komitmen untuk menjadi karbon netral di tahun 2060 dan menjadi pemimpin dunia dalam hal teknologi mobil elektrik. Untuk itu pemerintah China memberikan subsidi yang besar pada masyarakat yang ingin membeli mobil elektrik. Mengeluarkan regulasi yang memudahkan para startup electric car di China hingga membantu pendanaan mereka.

Mobil listrik Nio

Proses Reformasi Industri Dari Perspektif Produsen Mobil Konvensional

Tentu saja para produsen mobil konvensional yang sudah puluhan tahun berdiri dan menjadi penguasa pasar tidak mau dong ketinggalan. Mereka pun turut berlomba-lomba membangun mobil listrik mereka. Ada BMW dengan i modelnya, ada Volkswagen dengan seri ID nya, kemudian ada Nissan Leaf, Hyundai Kona, Toyota Rav4, Kia Niro, Mitsubishi i-miev, Renault Zoe dan juga Volvo Polestar. Sebagian dari mobil-mobil tersebut sudah bisa dibeli pelanggan dan beberapa diantaranya kita sudah lihat meluncur di jalan-jalan. Namun tentu saja berbeda ya antara membuat mobil listrik untuk branding dan pembuktian bahwa saya juga bisa lhomem buat mobil elektrik keren dengan secara all-out, serius memproduksi dan memasarkan ratusan ribu mobil listrik setiap tahunnya seperti yang dilakukan oleh Tesla dan Nio.

Ada salah satu dosen senior di MIT dan Harvard yang memiliki dua electric car , satu buatan Audi dan satu lagi buatan Tesla. Dia menyebutkan bahwa keduanya memiliki perbedaan yang sangat mencolok. Menurutnya produsen mobil konvensional memproduksi mobil listrik, bahkan sekelas Audi itu ibarat cuma memasang motor listrik dan dinamo mobil listrik ke dalam mobil konvensionalnya. Sementara mobil Tesla bukan hanya didesain dari nol sebagai electric car, namun juga memiliki sistem software yang sangat canggih yang membuat pengalaman mengendarainya menjadi tidak ada duanya.

Audi sebenarnya juga punya software, tapi fitur dan kemudahannya jauh dibawah Tesla. Karena memang software tidak pernah menjadi keunggulan kompetitif yang serius dibangun oleh Audi. Bagaimana sih sesungguhnya para produsen mobil konvensional saat ini memandang mobil elektrik? Ada dua polarisasi yang sangat kentara di sini. Ada Toyota yang berjuang untuk memperlambat transisi industri otomotif ke mobil listrik dan ada Volkswagen yang menyambut transisi ke mobil listrik dengan sukacita. Dan juga tentu saja ada yang wait and see.

Akio Toyoda

Akio Toyoda CEO dari Toyota secara terbuka dan agresif menyerang Tesla serta mengatakan bahwa mobil elektrik lebih merusak lingkungan daripada mobil konvensional. Dan katanya Jepang akan kehabisan listrik jika semua produknya menggunakan mobil elektrik. Toyoda juga aktif melobi pemerintah termasuk pemerintah Amerika untuk menunda kebijakan transisi menuju mobil elektrik. Berbeda dengan Akio Toyoda, CEO Volkswagen Herbert Diess sangat antusias membawa perusahaannya bertransformasi menjadi produsen mobil listrik. Beliau bahkan dibeberapa kesempatan memuji prestasi Elon Musk dalam mempopulerkan mobil listrik pada masyarakat dunia.

Di akhir 2019, grup Volkswagen yang termasuk didalamnya ada Audi dan Porsche mengumumkan peralihan bertahap untuk menghentikan semua produksi mobil konvensional secara total pada tahun 2026 dan mulai membuat mobil listrik secara eksklusif. Volkswagen berinvestasi 28,1 miliar Euro untuk memproduksi 70 model mobil listrik baru. Beberapa pabrik Volkswagen kini sudah beralih untuk secara eksklusif memproduksi mobil listrik. Antusias Herbert ini ternyata disambut positif oleh pasar. Perusahaan mobil asal Jerman ini sudah mengalahkan Tesla dalam penjualan mobil listrik di Eropa.

Kendala Produsen Mobil Konvensional

Ada apa sih dengan produsen mobil konvensional? Anda mungkin berpikir apa susahnya ya perusahaan-perusahaan besar itu beralih memproduksi mobil elektrik. Kalau sekedar membuat 1 atau 2 mobil listrik sih jelas tidak susah ya. Tapi kalau mereka ingin mentransformasi bisnis mobil konvensionalnya menjadi bisnis mobil listrik itu baru tidak mudah. Bukan karena mereka tidak mampu sebenarnya, melainkan karena menurut pakar inovasi dari Harvard Clayton Christensen :

Sebuah perusahaan tidak bisa mendisrupsi dirinya sendiri”

Clayton Christensen

Dalam konteks produsen mobil konvensional ada empat alasan kenapa mereka kesulitan mendisrupsi dirinya sendiri.

  1. Sumberdaya terbatas dari perusahaan

Setiap perusahaan punya sumberdaya yang terbatas. Mau dialokasikan kemana? Ke produksi mobil konvensional yang sudah pasti untung dan akan dibeli orang atau ke mobil elektrik mereka sendiri belum familiar dan belum tentu ada yang mau beli? Jelas ke mobil konvensional kan.

  1. Penilaian Kinerja Didesain Untuk Bisnis Mobil Konvensional

Target kerja, penilaian kinerja dan insentif karyawan pada saat ini didesain untuk memaksimalkan fokus dan energi karyawan ke produksi dan penjualan mobil konvensional. Jadi kenapa harus memikirkan dan buang tenaga untuk mobil listrik.

  1. Mindset yang berbeda

Mindset proses kerja dan teknologi yang diperlukan untuk sukses di bisnis electric car berbeda dengan di bisnis mobil konvensional. Ketidaksiapan mereka untuk proses migrasi ini membuat mereka belum siap.

  1. Kepentingan shareholder dan menjaga harga saham

Sebagai perusahaan besar, penguasa pasar mereka harus terus membuat para shareholders senang kan? Jangan sampai profit atau harga sahamnya turun. Nah, kalau memaksa pindah ke mobil listrik sekarang, kita bisa jadi nggak jadi nomor satu lagi dong. Sudahlah ini saja, yang udah pasti bikin happy.

Maka dari itu menurut saya regulasi pemerintah untuk melarang penjualan mobil konvensional itu bagus sebenarnya untuk mereka. Karena kalau tidak dipaksa mereka akan terus terjebak pada memproduksi dan menjual mobil konvensional. Akibatnya bukan hanya bumi kita ini akan semakin rusak namun juga mereka nanti akan gigit jari ketika minat pelanggan sudah bergeser ke mobil listrik dan tidak ada lagi yang mau beli mobil konvensional mereka. Sementara saat itu pasar sudah dikuasai oleh pemain mobil elektrik yang sudah mulai terlebih dulu. Nah jadi daripada di disrupsi oleh pesaing kan lebih baik sekarang dipaksa oleh pemerintah untuk transformasi.

Mobil listrik

Yang Harus Dilakukan Produsen Mobil Konvensional

Jadi apa yang harus dilakukan produsen mobil konvensional? Untuk sukses bertransformasi menjadi produsen electric car ada dua jalan yang bisa diambil.

1. Buat Perusahaan Baru

Sesuai saran dari Clayton Christensen, buatlah perusahaan baru yang fokus bermain di mobil listrik. Manajemennya berbeda dengan perusahaan induk, alokasikan sumberdaya yang juga terpisah dari perusahaan induk. Bangun sistem yang secara khusus mendorong keberhasilan bisnis mobil listrik, kemudian berikan kebebasan padanya untuk mengatur strateginya sendiri. Tujuannya adalah ketika nanti bisnis mobil konvensionalnya sudah mulai menurun, maka perusahaan mobil listrik inilah yang kemudian akan meneruskan tongkat estafet keberlangsungan usaha.

2. Lakukan Pivot Secara Masif

Sementara jalan yang kedua yang relatif lebih berani sekaligus beresiko yaitu lakukan Pivot secara masif. Putar haluan, tutup bisnis model konvensional secara bertahap, disaat yang sama membangun bisnis mobil elektrik yang baru. Inilah yang dilakukan oleh Volkswagen, dan General Motors perusahaan otomotif legendaris dari Amerika mengikuti langkah Volkswagen itu.

Di awal tahun ini Mary Barra CEO General Motors mengumumkan pivot perusahaan untuk menjadi produsen mobillistrik secara penuh di tahun 2035, dimana mereka tidak akan lagi memproduksi dan menjual mobil konvensional. General Motors siap mengeluarkan investasi sebesar 27 miliar US Dollar dalam lima tahun ke depan untuk pengembangan mobil listrik. Saat ini General Motors sudah menghabiskan 2,2 milyar US Dollar untuk mengkonversi pabrik mobil konvensional mereka di Detroit menjadi hub mobil listrik perusahaan.

General Motors

Penutup

Transformasi menjadi produsen mobil listrik tentu saja sangat kompleks, ini bukan hanya masalah mengkonversi pabrik dan produknya ke mobil listrik melainkan juga melakukan perubahan besar besaran di supply chain, proses produksi, teknologi, hingga upgrade kapabilitas pekerja. Ekosistem industri mobil listrik juga masih dalam proses pembentukan. Saat ini ada lebih dari 1500 startup yang mendukung ekosistem ini. Dari aspek Electrification, Internet of Vehicles, Smart Sensors, Augmented Reality, Artificial Intelligene (AI), Big Data hingga Autonomous Driving.

Bagaimana produsen mobil mengakses dan mengintegrasikan supplier teknologi yang berserakan ini saja sudah menjadi tantangan tersendiri. Nah, menurut anda seberapa siap sih para produsen mobil konvensional saat ini untuk bisa bertransformasi menjadi produsen mobil elektrik dalam waktu dekat? Siapa yang menurut anda lebih berpeluang untuk memenangkan pasar mobil listrik di masa depan? Apakah para pemain industri otomotif lama atau para startup baru? Bagaimana juga perkembangan mobil listrik di indonesia nantinya?

Semoga artikel ini bermanfaat!